Biomassabiru, Jakarta – Pemanfaatan sinar matahari sebagai pembangkit listrik sangat cocok diterapkan di Indonesia. keadaan tersebut disebabkan oleh posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa dengan Intensitas matahari cukup kuat. Apalagi matahari bersinar sepanjang hari dari pagi hingga sore.
Menurut data Kementerian ESDM hingga akhir 2022, realisasi kapasitas terpasang PLTS baru mencapai 271,6 megawatt (MW) atau di bawah rencana yang 893,3 MW. Adapun rencana kapasitas terpasang PLTS pada 2023 yaitu 432,6 MW.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Senin (20/8/2023), menyebut, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan lebih dari 3.600 gigawatt (GW). Lebih rinci, potensi energi surya mencapai lebih dari 3.200 GW, tetapi pemanfaatannya baru sekitar 200 MW.
“Perlu katalisator untuk pemanfaatannya guna mencapai target bauran energi yang sudah ditetapkan,” kata Agung Pribadi dalam keterangannya.
Namun berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), industri shipping dunia tercatat berkontribusi hingga 3% dalam emisi karbon dunia.
Tidak hanya berpangku tangan, PT Pertamina International Shipping (PIS) turut andil dalam mengurangi polusi udara dengan menerapkan kebijakan dekarbonisasi melalui sejumlah program pengurangan emisi gas rumah kaca. Hal itu dilakukan dengan tetap mempertahankan produktivitas dan efektivitas operasional aset.
CEO PIS Yoki Firnandi memaparkan salah satu inisiatif yang di adopsi adalah dengan membangun atau membeli kapal berbahan bakar lebih ramah lingkungan maupun mengangkut komoditas energi hijau. Seperti kapal berbahan bakar LPG, LNG, green ammonia, green hydrogen, biofuel dual fuel vessel.
“Tahun ini PIS sudah mengakuisisi kapal VLGC berbahan bakar LPG dual fuel, bernama Pertamina Gas Amaryllis. Pertamina Gas Amaryllis merupakan salah satu kapal pengangkut gas terbesar di dunia, yang juga menjadi kapal pertama bertenaga dual fuel LPG di Pertamina dan Indonesia.” terang Yoki.
Selain pemanfaatan Biodiesel, PIS juga mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam operasional bisnis perusahaan, termasuk di bisnis anak-anak usaha seperti PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) dan PT Pertamina Energy Terminal (PET).
PTK tercatat sukses menekan gas buang karbondioksida (CO2) sebesar 74,03 ton per tahun melalui penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di armada kapal Transko Pari 01 dan Energy Substitution Shore Connection di PTK Port Plaju. Penggunaan PLTS di Transko Pari 01 mampu menekan 39.01 Ton Gas Karbon Dioksida (CO2) per tahun dan menghasilkan efisiensi penggunaan fuel dengan estimasi sebesar 200 juta rupiah.
Sementara itu, PET sukses menekan emisi karbon hingga 194,34 ton selama semester pertama tahun ini dengan pemasangan PLTS di dua terminal strategis yakni Integrated Terminal Tanjung Uban dan LPG Terminal Tanjung Sekong. Adapun total pemanfaatan tenaga surya di Integrated Terminal Tanjung Uban dan LPG Terminal Tanjung Sekong mencapai hingga 562.222 kWh.
Selain usaha diatas, upaya PIS untuk menekan emisi karbon juga dilakukan dengan kegiatan penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang.
Sejak 2021 sampai pertengahan tahun ini, PIS telah menanam sebanyak 3100 pohon mangrove. Mulai dari penanaman 100 mangrove yang dilakukan oleh PIS di antaranya di Taman Wisata Alam Mangrove di Muara Angke – Jakarta, penanaman 1000 mangrove di area pesisir Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar, penanaman 1000 mangrove di kepulauan seribu oleh Agent of Change (AOC) SH IML, serta penanaman 1000 Mangrove oleh PTK di Makassar dan Bali.(*)
Sumber: Humas ESDM