Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Terbarukan

Emisi energi fosil tersebut merupakan penyumbang terbesar emisi GRK dunia maupun di Indonesia. Ketahanan energi yang tidak berkelanjutan yang demikian tidak dapat dijadikan sebagai basis pembangunan nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu, sangatlah tepat bila kebijakan energi jangka panjang nasional mengurangi ketergantungan pada energi tak terbarui dan membangun basis ketahanan energi nasional yang berbasis pada Energi Baru Terbarukan, EBT (New Renewable Energy).

Salah satu EBT yang tersedia bagi Indonesia adalah biodiesel dan bioethanol berbasis sawit. Sebagai negara yang memiliki perkebunan sawit terluas dunia, perkebunan kelapa sawit bukan hanya sebagai penghasil minyak sawit untuk pangan (edible oil) dan non edible oil, tetapi juga sangat potensial menjadi “tambang” energi terbarukan. Tulisan ini mendiskusikan bagaimana perkebunan kelapa sawit sebagai penghasil energi terbarukan sehingga dapat ditempatkan sebagai industri strategis energi terbarukan.

KEBUN SAWIT “PABRIK “ENERGI TERBARUKAN

Energi merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan. Sumber energi bagi kehidupan di planet bumi hanyalah dari energi matahari. Tumbuhan/tanaman termasuk tanaman kelapa sawit merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia yang mampu menangkap energi matahari dan disimpan dalam bentuk energi kimia yang kemudian dapat dirubah manusia keberbagai penggunaan.

Perkebunan kelapa sawit dapat dipandang sebagai “pabrik” biologis untuk menangkap dan menyimpan energi matahari. Melalui proses fotosintesis/asimilasi tanaman kelapa sawit, energi matahari ditangkap dan disimpan dalam ikatan-ikatan kimia karbon dan hidrogen kompleks. Karbon diserap tanaman kelapa sawit dari atmosfer bumi sedangkan hidrogen diperoleh dari air yang diserap tanaman dari tanah. Oleh karena itulah perkebunan kelapa sawit sama seperti tanaman lainnya adalah penyerap karbondioksida (carbon sequestration) dari atmosfer bumi.

Ikatan-ikatan kimia yang menyimpan energi dari matahari tersebut, sebagian digunakan untuk kebutuhan dasar tanaman (melalui proses respirasi tanaman) dan sebagian lagi disimpan didalam tubuh tanaman. Secara visual kita lihat dalam wujud pohon kelapa sawit dan produksinya. Pertumbuhan tanaman dan produksi merupakan cerminan pertumbuhan penangkapan energi matahari yang tersimpan dalam ikatan-ikatan kimia tanaman kelapa sawit.

Pertumbuhan tubuh tanaman kelapa sawit itulah yang kita sebut sebagai biomas. Sedangkan produksinya kita kenal sebagai Tandan Buah Segar (TBS) yang melalui proses pengolahan diperoleh minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO), minyak Inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) dan biomas (tandan kosong, cangkang, serat buah, bungkil inti sawit).

Dengan kata lain, perkebunan kelapa sawit menghasilkan dua bentuk energi yakni dalam bentuk CPO/PKO dan bentuk biomas (pelepah daun, batang, tandan kosong, cangkang, serat buah, bungkil inti sawit). Kedua bentuk energi tersebut merupakan produk bersama (joint product) dimana peningkatan produksi CPO/PKO juga disertai dengan peningkatan produksi biomass (bukan saling bersaing). Melalui proses lanjutan dari CPO/PKO dapat dihasilkan biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester, FAME), yang sering disebut juga biofuel generasi pertama (first generation biofuel). Biodiesel merupakan pengganti solar fosil (diesel).

Sedangkan biomas melalui proses lanjutan (kimiawi, biologis) dapat diperoleh biotehanol sebagai pengganti premium fosil (gasoline). Biomas tersebut sering disebut sebagai biofuel generasi kedua (second generation biofuel). Selain biodiesel dan bioethanol, dari limbah pabrik kelapa sawit atau POME (Palm oil Mill Effluent) melalui teknologi biogas (methane capture) dapat dipanen energi berupa gas metan (biogas) sebagai pengganti gas bumi. Berbeda dengan energi fosil (solar, premium, gas alam) yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) dan suatu saat habis terkuras (depletion), biofuel sawit (biodiesel, bioethanol, biogas) merupakan energi terbarui (renewable energy).

Sepanjang energi masih terpancar dari matahari, proses penangkapan dan penyimpanan energi pada perkebunan kelapa sawit masih berlangsung terus. Sehingga produksi biodiesel, bioethanol, biogas akan tetap dihasilkan. Selain itu, jika energi fosil menghasilkan emisi gas-gas rumah kaca (GHG) khususnya karbondioksida yang mengotori atmosfer bumi yang memicu pemanasan global (global warming), biofuel justru menyerap karbonsioksida dari atmosfer bumi (melalui kebun sawit) sehingga justru membersihkan atmosfer bumi dan bersifat mencegah/mengurangi terjadinya pemanasan global. Dengan kata lain jika energi fosil merupakan energi tak terbarui dan tidak bekelanjutan, biofuel sawit justru terbarui dan bekelanjutan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *