Biomassabiru, Bangka Belitung – Tanaman Kenaf yang memiliki nama latin Hibiscus cannabinus L merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjanjikan. Tanaman ini dikenal sebagai salah satu tanaman penghasil serat yang berkualitas. Tanaman kenaf sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dikembangkannya program Intensifikasi Serat Karung Rakyat (ISKARA) tahun 1978.
Pada waktu itu seratnya sebagian besar digunakan untuk industri karung goni. Lahan tanaman kenaf ini tersebar di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan.
Keunggulan tanaman kenaf adalah berumur pendek (4-5 bulan), memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi cekaman abiotik seperti genangan air, kekeringan, dan pH tanah yang rendah (masam). Tanaman ini juga dapat tumbuh di berbagai lingkungan tumbuh marjinal, seperti lahan banjir, podsolik merah kuning, gambut dan tadah hujan.
Gangguan hama dan penyakit sedikit dan biaya produksi rendah. Di samping multiguna, tanaman kenaf juga termasuk komoditas ramah lingkungan karena mudah terdegradasi dan selama pertumbuhannya dapat menangkap karbondioksida (CO2) di udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara.
Setiap bagian dari tanaman kenaf bisa dimanfaatkan, mulai dari kayu, serat, daun, sampai biji. Biasanya, kayu kenaf dimanfaatkan sebagai bahan baku industri particle board untuk berbagai keperluan rumah tangga, seperti furniture, pintu, jendela, kusen, dan pelapis dinding rumah.
Sementara itu, serat kenaf dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri kertas, tekstil, karpet, dan kerajinan tangan. Di sisi lain, daun kenaf mengandung protein sebesar 24 persen sehingga bisa dimanfaatkan menjadi pakan hewan ternak dan bijinya dapat dijadikan bahan pembuatan minyak goreng karena kaya akan asam lemak tidak jenuh.
Di Indonesia ada beberapa perusahaan swasta yang akan memanfaatkan serat kenaf sebagai bahan baku utama diantaranya PT. Mentari Biru Energi di Bangka Belitung bekerjasama dengan Koperasi Energi Terbarukan (Kopetindo) memproduksi wood chips yang merupakan produk biomassa untuk keperluan co-firing PLTU barubara di Air Anyir.
Hal itu ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan pabrik wood chips terbesar untuk co-firing pembangkit listrik PLN/PLTU oleh Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk, Bobby Gafur Umar didampingi, Bupati Bangka, dan Ketua DPRD Bangka pada Juli 2023 lalu.
Diketahui, Saat ini Co-Firing PLTU Air Anyir Bangka telah menggunakan bahan bakar biomassa woodchips untuk pembangkit dalam rangka menuju Bangka Belitung green energy.(*)