Transisi Energi Menuju Bauran Energi Baru dan Terbarukan 

Transisi energi

Jakarta, Biomassabiru.com – Komitmen pemerintah dalam mendorong transisi energi menuju bauran energi baru dan terbarukan mencapai 23% di tahun 2025 dan 31% di tahun 2050 serta penurunan emisi hingga net zero pada tahun 2060 menjadi agenda nasional dalam rangka menjaga ketahanan energi dan menciptakan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Salah satu strategi pengembangan sumber daya energi terbarukan adalah melalui pemanfaatan bioenergy/biomassa.

Kebijakan Energi Nasional yang ditetapkan oleh pemerintah sejalan dengan potensi sumber daya energi biomassa yang tersedia diseluruh wilayah Indonesia. Energi biomassa diperoleh dengan mengkonversikan bahan / limbah hayati pertanian dan perkebunan dan kehutanan Selain itu dari pengolahan limbah industri argo seperti kelapa sawit, tebu, kelapa dan sampah yang setiap hari diproduksi oleh setiap individu.

Dengan potensi yang ada, biomassa dapat menjadi solusi untuk transisi energi baik di pembangkitan listrik maupun di industri,   meningkatkan rasio elektrifikasi yang pada akhirnya akan mewujudkan ketahanan energi nasional. Data ESDM terakhir menyebutkan bahwa potensi biomassa Indonesia diperkirakan dapat menghasilkan atau setara 59 Giga Watt. Potensi rilnya ini diyakini lenih besar dari angka resmi.

Dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan dan sesuai target, Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) berkolaborasi dengan PT Media Artha Sentosa dalam penyelenggaraan kegiatan HEATECH INDONESIA yang mencakup EXPO BOILER dan EXPO BIOMASS di Jakarta International Expo tanggal 5 – 7 Oktober 2023.

“HEATECH INDONESIA memasuki penyelenggaraan yang keempat kalinya tahun ini. Kami terus mengembangkan profil Biomassa dalam kegiatan ini, dan bekerja sama dengan MEBI untuk menghadirkan Paviliun Biomassa, dimana para pesertanya menampilkan produk dan solusi energi biomassa bagi industri, serta mengadakan seminar biomassa yang bertajuk Switching to Biomass : Energy Transition Solutions in Indonesia,” ujar Teddy Halim, Direktur PT Media Artha Sentosa, penyelenggara HEATECH INDONESIA.

Dalam event tahun ini, peserta pameran berasal dari internasional dan nasional dalam bidang teknologi dan peralatan pemanas seperti boiler dan dari sisi hulu yang menghadirkan produk/jasa terkait produk dan energi biomasa.

 “Tahun ini MEBI kembali berkolaborasi dengan PT Media Artha Sentosa, melalui Paviliun Biomassa MEBI dan pelaksanaan Diskusi & Seminar dapat. Diharapkan kegiatan ini dapat secara kontinyu menggiatkan pelaku industri untuk beralih menggunakan sumber energi terbarukan, terutama biomassa. Di sini kami mau mengubah mindset pelaku industri bahwa tidak sesulit yang dibayangkan untuk beralih ke biomassa dan ini harus disebarluaskan terutama untuk generasi muda.  Waktunya adalah sekarang. Dunia bergerak dan bertransisi ke energi baru dan terbarukan, Indonesia juga harus beralih, diantaranya dengan dekarbonisasi dan diversivikasi energi melalui energi biomassa”, kata Milton S Pakpahan, Ketua Umum (MEBI).

Selain pemanfaatan biomassa untuk pembangkit listrik, sumber daya tersebut juga akan dioptimalkan melalui program cofiring biomassa untuk Pembangkit Listrik Tenaga Batubara (Coal Fired Power Plant / CFPP) yang sudah ada.

“Biomass-cofiring akan diterapkan pada 113 unit PLTU milik PLN di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.664 MW. Penerapan cofiring telah dilakukan sejak tahun 2020 dengan blending rate 1% hingga 15% tergantung jenis boiler serta ketersediaan bahan baku,” kata Ego Syahrial, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastuktur Energi.

Tujuan pembakaran bersama biomassa pada PLTU yang ada adalah untuk memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan “menghijaukan” PLTU lebih cepat.

“Pada semester pertama tahun ini, cofiring telah diterapkan di 36 lokasi dan menghasilkan energi hijau sebesar 325 GWh, yang mengurangi emisi sebesar 321 ktCO2. Total biomassa yang digunakan pada pembangkit listrik tersebut adalah 306 kilo ton,” Ego Syahrial menambahkan.

Sementara itu, Trois Dilisusendi, Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, DJEBTKE menyampaikan Biomassa sebagai salah satu Energi Terbarukan memiliki peran strategis dan sebagai salah satu backbone dalam mencapai transisi Energi dan NZE serta menciptakan circular ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat, hal ini tercermin pada capaian EBT di akhir 2022 sebesar 12.3%, Bioenergi berperan besar dengan kontribusi sebesar 7,45%.(*)

Source: Ruangenergi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *