KOPETINDO,Soft Lounching Unit Pengolahan Sampah Menjadi BBM

Pengolahan sampah plastik menjadi BBM dilakukan menggunakan metode pirolisis, yaitu proses degradasi suatu material dengan suplai panas yang berjalan tanpa melibatkan oksigen atau dengan oksigen namun dengan jumlah sangat sedikit menghasilkan produk dalam bentuk padat, cair, dan gas,yaitu (1) bahan bakar menggunakan LPG, (2) tungku pembakaran, (3) reaktor yang dilengkapi dengan mulut tempat memasukkan bahan, (4) tabung kondensasi (kondensor) dengan pendingin, serta (5) tabung penampung yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran gas.

Sedangkan bahan-bahan yaitu berbagai sampah atau limbah plastik dapat berupa botol atau gelas bekas minuman dalam kemasan, label atau merk botol plastik, serta plastik kresek yang telah dikecilkan ukurannya dengan cara dicacah. 

Produk pirolisis yang berupa padatan dapat diolah menjadi karbon aktif. Cairan yang dihasilkan merupakan minyak yang mudah terbakar, dibuktikan dengan memantikkan api pada cairan yang dengan segera terjadi kobaran api.

 Dalam mengatasi permasalahan sampah plastik, seiring dengan meningkatnya laju timbulan sampah Pentingnya kolaborasi pemerintah dengan pihak swasta dalam hal ini  pentingnya kerjasama dengan Koperasi Energi Terbarukan dalam pengolahan sampah plastik menjadi BBM dapat menjadi salah satu pilihan yang patut dipertimbangkan.

Pemerintah terus berupaya mendorong nilai tambah dan pemanfaatan sampah perkotaan sebagai sumber energi terbarukan untuk pemenuhan pasokan energi nasional serta turut mendukung transisi energi dan mencapai target National Determined Contributions (NDC) Indonesia.

“Waste-to-Energy merupakan upaya mengatasi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah, bukan masalah energi. Energi yang dihasilkan dianggap sebagai bonus. Untuk kewenangan pengelolaan sampah, termasuk pengolahan sampah menjadi energi, berada di tingkat kota/kabupaten. 

“Program cofiring ini akan meningkatkan bauran EBT sekitar 1,8% melalui substitusi sebagian batubara dengan biomassa sampai dengan kurang lebih 10%,” 

Pada 2025, kebutuhan biomassa untuk cofiring diperkirakan sekitar 10,2 juta ton/tahun dan implementasi cofiring ini akan memberikan dampak terhadap penurunan emisi karbon sekitar 11 juta ton CO2.

Secara umum, mekanisme konversi sampah plastik menjadi BBM adalah dengan menggunakan metode pirolisis, yaitu memanaskan plastik pada suhu di atas 4.000C tanpa oksigen. Pada suhu tersebut, plastik akan meleleh dan kemudian berubah menjadi gas. Pada saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *